Jumat, 17 Agustus 2012

ketika ia bertanya "mengapa aku?"

sudah waktunya memang untuk kembali disini,
sudah waktunya memang untuk menulis lagi...
sebelum dada ini penuh sesak membendung apa yang sebenarnya tak bisa  disimpan lagi, erat..

kisah ini tentang sebuah keadaan..
ya lagi-lagi tentang suatu keadaan dimana mungkin sebuah perasaan datang pada waktu dan kondisi yang (sungguh) tidak tepat,
meskipun kau mungkin mengira bahwa perasaan itu datang pada orang yang tidak salah
bahkan tepat dan sungguh tepat (mungkin)

bodoh memang..
bodoh ketika kau tak dapat membendung nalarmu untuk mulai menyulut api
bodoh ketika keegoisanmu menutup semua warna dan mengubahnya hitam
bodoh ketika kau tak sepenuhnya sadar siapa dirimu dan siapa dirinya..
lalu kini bodoh jika kau meratapi dan menuntut keadilan
karna resiko sudah sepatutnya kau tangung
dan kesalahan akan tetap menjadi sebuah kesalahan bagi pandangan mereka diluaran

sakit memang 

tak bisa lagi ditutupi


tapi semua layak terjadi,
dan semua benar-benar harus kau tanggung kini
lalu apakah dengan pergi semua akan menjadi lebih baik??
mungkin iya.. bisa juga tidak..
sungguh, pikiran ini belum mampu menerawang tentang hal yang terbaik kedepan

keadaan yang membuat bertahan atau pergi sama-sama menyakitkan
keadaan dimana permainan peran sudah tak dapat lagi dikendalikan
keadaan dimana sebuah tatapan mata sudah bisa menjelaskan segalanya

lalu ia bertanya padaku "kenapa aku?"
dan mulut inipun terdiam.. tanpa satu kata pun yang bisa diungkapkan untuk menjawab


hanya bisa tersenyum menahan nafas,
dan membalas tatapan yang berkaca itu dengan sebuah usapan kening

Maaf,


kutahu semua tak dapat terbayar hanya dengan sebuah kata maaf
ketika semuanya sudah berjalan begitu jauh
ketika sebuah perasaan kini bertarung hebat dengan nalar pikiran
ketika sebuah perasaan tumbuh mekar dan seketika harus dicabut paksa hingga keperakaran

tak semudah itu
tapi tak akan lebih baik pula untuk terus (dipaksa) dipertahankan
setidaknya untuk saat ini
saat dimana keadaan benar-benar tak sama sekali berpihak

untuk kesekian kalinya, diri ini masih percaya
bahwa sebuah perasaan adalah sebuah anugrah yang diberikan Sang Kuasa
bagaimanapun keadaannya, siapapun orangnya
sebuah anugrah untuk berlaku bijak
sebuah proses menuju kedewasaan dan memperjuangkan kebahagiaan,,
bukan untuk diri sendiri melainkan juga untuk ia yang kau kasihi

ketahuilah..

lilin kecil itu kini masih menyala dalam gelap
lilin yang ternyata masih bertahan walau tertiup berbagai hembusan sudah
meskipun kecil berkobar
lilin itu masih menerang, dan menghangatkan

berjalanlah menuju terang bersamanya..
lilin ini kan terus menemani
berbahagialah dalam jalanmu
karna apa yang kau lakukan sudah seharunya kau lakukan, dan yang lalu kau jalani harus tetap dijalani
agar tak ada lagi yang tersakiti
cukup kita dan bukan dia..

percayalah,, ketika cahaya itu nanti (mungkin) memudar,
lilin ini masih kupegang erat,
dan kusiapkan untuk kembali menerang
untuk kembali menghadirkan sebuah senyuman dibibirmu
untuk sebuah keadaan yang akan jauh lebih baik nanti


maaf untuk segala kebodohan ini
terimakasih atas segala kenangan yang telah dihadirkan
sesuatu yang indah, yang belum pernah dihadirkan sebelumnya
Tuhan akan selalu ada bersamamu dalam bahagiamu
karna orang baik sepertimu akan mendaptkan orang yang benar2 baik pula disisimu


:)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar