Kamis, 06 Oktober 2011

Jendela


rumah di sini tak beda dengan yang lain
dengan jendela kaca dan pintu
tak ada jeruji karena memang tak perlu
lampu neon di teras juga ada, tapi tidak untuk taman
bunga yang kutanam sebagian layu tak tersiram
dan ada beberapa pot yang masih kosong di situ

"aku ingin terus di sini, sepi seperti puisi",
katamu suatu ketika

siang seperti malam di rumah ini
tak ada yang melarang kita memeluk muram
kalau sedang kelam itu pun hanya ada diam
"aku juga ingin di sini, puisiku betah akan sunyi",
kataku saat kau tertawan kantuk

tapi di tempat lain juga ada yang serupa
dari jendela kita menyaksikan senja bersenggama
dengan malam yang tak sabar menjemput
anak-anak kecil bergegas pulang untuk belajar
sedang orang tua sibuk menatap hari-hari yang nanar

"jika tak lagi bisa di sini, apakah puisi akan mati?",
tanyaku ingin tahu
kau diam seperti melati yang menanti layu
aku sendiri mendadak jadi dungu
tak tahu apakah akan tersenyum atau memamah keluh



jendela dan pintu ini punya banyak cerita
tapi mereka hanya jadi saksi datangnya puisi
kita yang memungut kata menjadikannya bait-bait
sepi juga hanya jadi teman bagi hati
kita yang tahu apakah akan mengurai hari menjadi arti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar