Kamis, 06 Oktober 2011

Sesederhana Itu


tak henti kau coba pecundangi aku
dengan ajakan untuk kalah
di tengah belitan gelisah
atau tarikan resah yang mengelabuhi kata

dari tumpukan puntung rokok
kau memahami apa arti hari-hari ini
sepekat kopi yang usai diseduh
kadang segelap senyap yang tanpa keluh

tak henti kau membujukku
agar ada tangisan biar berupa isak
tapi kau tak bisa membuatku terdesak
karena kemenangan dan kekalahan sama saja

lalu kau beralih cara
menyodorkan wajah-wajah yang kukenal
dengan linangan air mata di sana
tetap kugelengkan kepala
dan aku tersenyum sejenak
melihatmu berlalu dengan kalah

maka kugeluti semuanya
yang kau sebut susah atau gelisah
dengan apa yang kubilang pasrah

sesederhana itu saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar